Menakjubkan…: Ketika Seorang Belia Harus Memilih..
kisah nyata yang menegaskan betapa keikhlasan berbakti pada orang tua menginspirasi berkah.
Lulus sebagai predikat siswa terbaik, menegaskan bahwa anak ini memiliki talenta luar biasa. Walau sesungguhnya dia masuk SMK hanya untuk menyenangkan orang tuanya, dia tetap menjalani hari-harinya dengan ikhlas dan bahkan berhasil membuktikan sesuatu. Predikat Sang Juara yang tersemat padanya sebagai fakta betapa dia ingin menjadi anak yang berbakti pada orang tuanya, walau harus rela memendam keinginan untuk mengikuti keinginannya.
Begitu lulus SLTA, dia berinisiatif melayangkan surat lamaran ke beberapa perusahaan, hingga dia bekerja menjadi karyawan kontrak 1 (satu) tahun sebagai pramuniaga toko. Dia berfikir jatuh di tempat yang tepat ketika mendapat penjelasan bahwa perusahaan tempat dia bekerja membuka program ST (Special Treatmen), sebuah program pembinaan khusus bagi karyawan yang menginginkan peningkatan kapasitas diri. Dia berinisiatif untuk ikut, walau harus meluangkan waktu di luar kewajiban professional (8 jam kerja) sebagai pramuniaga. Disamping itu, kebijakan perusahaan yang memberi izin bagi mereka yang ingin berkuliah (dengan biaya sendiri) juga dia manfaatkan dengan tetap berkomitmen untuk sanggup menjalankan tugas ke karyawan sebagaimana karyawan lainnya. Beberapa bulan kemudian, atas potensi dan kinerja yang ditunjukkannya, dia di promosikan menjadi staff personalia. Bekerja 8 (delapan) jam setiap harinya, mengikuti program ST yang mengasah kreativitas dan kematangan mental serta kuliah S1 di sebuah Perguruan Tinggi Swasta menjadi agenda yang mengisi hari-harinya. Sebuah agenda yang sangat padat dan pasti melelahkan….dia terjebak namun merasa sangat enjoy dalam pola hidup yang tak biasa dan cenderung aneh…demi masa depan yang lebih berpengharapan.
Suatu ketika, ketika dia sudah bekerja sebagai pramuniaga, sebuah Bank Swasta Nasional merespon lamaran yang dilayangkannya beberapa waktu yang lalu, dia ikuti tes dan keluar sebagai 5 (lima) peserta terbaik. Pada sesi wawancara terakhir, dia memilih untuk tidak menerima kerjaan tersebut ketika diberi tahu bahwa job desk yang ditawarkan adalah operator telepon…dia nilai sebagai pekerjaan yang tak memberi peluang untuk mengembangkan diri. Orang tuanya sangat kecewa dan bahkan menangis atas keputusannya. Dia tetap memilih bekerja diperusahaan yang sama.
Hal sama terulang kembali, ketika sebuah perusahaan lain merespon lamarannya dan menawarkan menjadi staff. Panggilan pertama dia cuekin…panggilan kedua juga dia abaikan. Panggilan ketiga datang lagi...dan disini dilema bermula.
Ibunya mengajaknya bicara dan mengatakan sebaiknya dia pindah kerja aja dan merespon panggilan ketiga itu. Dalam dirinya berkecamuk..dia merasa sangat enjoy bekerja diperusahaan yang sekarang dan yakin memberinya tantangan dan peluang masa depan yang lebih baik. Namun...disisi lain, dia tak berkeberanian untuk berseberangan dengan keinginan ibunya. Dia tak pernah merasa tenang ketika ibunya mendiamkannya. Dia merasa sangat durhaka ketika dia tak menerima tawaran di Bank Swasta Nasional dan mendapati ibunya sering menangis dan bahkan sempat menghentikan kebiasaan tahajjud gara-gara keputusannya. Dia trauma dan tak ingin hal sama terjadi lagi.
Dia memilih mengalah sebagaimana dia ikhlas menerima keputusan orang tuanya untuk memilih sekolah di SLTA yang bukan pilihannya. Dia hanya bisa menangis.. menangis..dan menangis...dia ingin menjalani pilihan sikapnya, tetapi dia pun tak ingin melihat ibunya meneteskan air mata. Menjelang tidur....demi bakti pada orang tuanya dia tetapkan untuk merespon panggilan ketiga itu demi membahagiakan ibunya.
Ke esokan harinya, Sang General Manager (GM) mendengar niatnya mengundurkan diri dari Manager Personalia berikut alasan yang mendasarinya. Dipandangan Sang GM, anak ini memiliki talenta luar biasa dan sangat potensial. Sang GM juga sepakat dengan penilaian Sang Manager Personalia bahwa anak itu terlalu belia untuk menghadapi dilema semacam ini. Atas dasar itu Sang GM berinisiatif memanggilnya guna mendapatkan informasi detail tentang duduk permasalahannya.
Sang GM menyimak penjelasannya yang disertai dengan derai air mata. Ada 3 (tiga) hal tegas yang diutarakan nya: (1) Dia suka dengan pekerjaannya sekarang dan sangat bersyukur atas keterlibatannya di program ST (Special Treatmen); (2) Dia tak ingin melawan perintah orang tua, karena hal itu tak membuat hidupnya tenang dan; (3) Dia sangat bingung antara mengikuti keinginan pribadi bertahan pada perusahaan sekarang atau pindah sesuai dengan arahan orang tuanya. Namun di kebingungan itu, dia menyatakan sudah memutuskan untuk mengikuti arahan orang tuanya..PINDAH KERJA. di tengah keraguan dan air mata yang masih terus membasahi pipinya, dia paksakan diri untuk menyerahkan surat pengunduran diri kepada sang GM.
Sang GM berempati pada situasi anak ini. Disisi lain, kebetulan manager di tempat kerja baru yang di tuju anak ini akrab dengan Sang GM. Sang GM mencoba menelepon sang manager perihal tentang peluang yang di tawarkan pada anak potensial ini dan sekaligus menelusur seberapa besar peluang berkembang di tempat yang baru. Sang GM menegaskan bahwa anak yang mereka panggil untuk ketiga kalinya ini merupakan anak potensial dan sedang berkerja di lingkungan Sang GM, namun demikian kalau memang tawarannya lebih baik, Sang GM tidak mempermasalahkan perpindahan anak ini. Setelah mendengar penjelasan lewat telepon, sang GM menyarankan untuk di fikirkan ulang dan menyarankan agar surat pengunduran diri yang belum sempat di baca Sang GM di tunda pengajuannya esok pagi.
Esok paginya, anak ini meminta izin masuk ke ruangan Sang GM dengan membawa surat yang sama seperti kemarin. Anak ini menjelaskan dia belum berhasil meyakinkan orang tuanya dengan pilihannya untuk bertahan, sehingga dia ikhlas dan mantap mengikuti saran orang tuanya...PINDAH KERJA. Sang GM menerima dan membuka surat tersebut. Setelah membaca dengan teliti, Sang GM menyarankan untuk merubah redaksi surat tersebut karena ada beberapa kalimat yang kurang tepat secara redaksional. Anak ini pun berpamitan dan berjanji akan menyerahkannya nanti siang nanti. Derai air mata tetap mengalir saat anak ini berpamitan untuk kembali ke ruang kerjanya.
Menjelang Siang, Sang GM menerima seorang tamu yang juga wakil direktur sebuah perusahaan dimana sang GM juga adalah konsultan di perusahaan itu...ternyata pada momen inilah intervensi Tuhan bermula...
Begitu Sang wakil direktur masuk ke ruang Sang GM, dia menceritakan bahwa ketika bersapa dengan anak ini di ruang tunggu ternyata anak ini adalah puteri dari partnernya dan pernah satu tim dalam program konversi gas. Sebuah kebetulan yang tepat, fikir Sang GM. Kemudian Sang GM menceritakan secara singkat tentang potensi dan dilema yang sedang dihadapi anak cerdas ini. Sang GM juga meminta tolong pada Sang Wadir untuk menelepon ayah dari anak ini. Apa yang terjadi kemudian???
Setelah sang wadir menceritakan bahwa dia juga adalah alumni (mantan manager personalia) perusahaan dimana anaknya bekerja saat ini. Sang Wadir juga menegaskan bahwa anaknya jatuh di tempat yang tepat untuk memulai karir. Mendengar penjelasan Sang Wadir , ayah anak ini berubah fikiran dan bahkan sempat mengungkapkan doa semoga karir anaknya juga akan segemilang sang wadir. Sekali lagi...ayah anak ini menegaskan bahwa setuju dan mendukung anaknya untuk tetap bekerja di perusahaan saat ini dan tidak boleh pindah kerja.
Atas kondisi ini, Sang GM mengundang anak tersebut dan kemudian meminta anak ini untuk menelepon ayahnya dihadapan Sang GM dan Sang Wadir...Sang Anak begitu kaget dan air matanya mengalir mendengar dukungan ayahnya untuk tetap bertahan dan tak perlu pindah. Air mata kesedihan itu telah berubah menjadi air mata kebahagiaan...semuah karomah yang tak bisa diduga datangnya...Intervensi Tuhan telah merubah segalanya dalam waktu hitungan detik...Subhanallah...
Setelah anak ini berpamitan dari ruang Sang GM dengan air mata bahagia, Sang GM mengatakan pada Sang Wadir...Tuhan baru saja memberi pelajaran pada kita semua bahwa ketulusan dan keikhlasan berbakti pada orang tua selalu mendatangkan barokah yang luar biasa.....
Satu hal lagi yang membuat Sang GM tertegun haru....menjelang pulang Sang GM mendapat informasi bahwa pada hari dimana barokah itu datang, anak ini sedang menjalankan puasa kamis....Subhanallah....
Thanks Untuk Staff Yang Menginspirasi....
kisah nyata yang menegaskan betapa keikhlasan berbakti pada orang tua menginspirasi berkah.
Lulus sebagai predikat siswa terbaik, menegaskan bahwa anak ini memiliki talenta luar biasa. Walau sesungguhnya dia masuk SMK hanya untuk menyenangkan orang tuanya, dia tetap menjalani hari-harinya dengan ikhlas dan bahkan berhasil membuktikan sesuatu. Predikat Sang Juara yang tersemat padanya sebagai fakta betapa dia ingin menjadi anak yang berbakti pada orang tuanya, walau harus rela memendam keinginan untuk mengikuti keinginannya.
Begitu lulus SLTA, dia berinisiatif melayangkan surat lamaran ke beberapa perusahaan, hingga dia bekerja menjadi karyawan kontrak 1 (satu) tahun sebagai pramuniaga toko. Dia berfikir jatuh di tempat yang tepat ketika mendapat penjelasan bahwa perusahaan tempat dia bekerja membuka program ST (Special Treatmen), sebuah program pembinaan khusus bagi karyawan yang menginginkan peningkatan kapasitas diri. Dia berinisiatif untuk ikut, walau harus meluangkan waktu di luar kewajiban professional (8 jam kerja) sebagai pramuniaga. Disamping itu, kebijakan perusahaan yang memberi izin bagi mereka yang ingin berkuliah (dengan biaya sendiri) juga dia manfaatkan dengan tetap berkomitmen untuk sanggup menjalankan tugas ke karyawan sebagaimana karyawan lainnya. Beberapa bulan kemudian, atas potensi dan kinerja yang ditunjukkannya, dia di promosikan menjadi staff personalia. Bekerja 8 (delapan) jam setiap harinya, mengikuti program ST yang mengasah kreativitas dan kematangan mental serta kuliah S1 di sebuah Perguruan Tinggi Swasta menjadi agenda yang mengisi hari-harinya. Sebuah agenda yang sangat padat dan pasti melelahkan….dia terjebak namun merasa sangat enjoy dalam pola hidup yang tak biasa dan cenderung aneh…demi masa depan yang lebih berpengharapan.
Suatu ketika, ketika dia sudah bekerja sebagai pramuniaga, sebuah Bank Swasta Nasional merespon lamaran yang dilayangkannya beberapa waktu yang lalu, dia ikuti tes dan keluar sebagai 5 (lima) peserta terbaik. Pada sesi wawancara terakhir, dia memilih untuk tidak menerima kerjaan tersebut ketika diberi tahu bahwa job desk yang ditawarkan adalah operator telepon…dia nilai sebagai pekerjaan yang tak memberi peluang untuk mengembangkan diri. Orang tuanya sangat kecewa dan bahkan menangis atas keputusannya. Dia tetap memilih bekerja diperusahaan yang sama.
Hal sama terulang kembali, ketika sebuah perusahaan lain merespon lamarannya dan menawarkan menjadi staff. Panggilan pertama dia cuekin…panggilan kedua juga dia abaikan. Panggilan ketiga datang lagi...dan disini dilema bermula.
Ibunya mengajaknya bicara dan mengatakan sebaiknya dia pindah kerja aja dan merespon panggilan ketiga itu. Dalam dirinya berkecamuk..dia merasa sangat enjoy bekerja diperusahaan yang sekarang dan yakin memberinya tantangan dan peluang masa depan yang lebih baik. Namun...disisi lain, dia tak berkeberanian untuk berseberangan dengan keinginan ibunya. Dia tak pernah merasa tenang ketika ibunya mendiamkannya. Dia merasa sangat durhaka ketika dia tak menerima tawaran di Bank Swasta Nasional dan mendapati ibunya sering menangis dan bahkan sempat menghentikan kebiasaan tahajjud gara-gara keputusannya. Dia trauma dan tak ingin hal sama terjadi lagi.
Dia memilih mengalah sebagaimana dia ikhlas menerima keputusan orang tuanya untuk memilih sekolah di SLTA yang bukan pilihannya. Dia hanya bisa menangis.. menangis..dan menangis...dia ingin menjalani pilihan sikapnya, tetapi dia pun tak ingin melihat ibunya meneteskan air mata. Menjelang tidur....demi bakti pada orang tuanya dia tetapkan untuk merespon panggilan ketiga itu demi membahagiakan ibunya.
Ke esokan harinya, Sang General Manager (GM) mendengar niatnya mengundurkan diri dari Manager Personalia berikut alasan yang mendasarinya. Dipandangan Sang GM, anak ini memiliki talenta luar biasa dan sangat potensial. Sang GM juga sepakat dengan penilaian Sang Manager Personalia bahwa anak itu terlalu belia untuk menghadapi dilema semacam ini. Atas dasar itu Sang GM berinisiatif memanggilnya guna mendapatkan informasi detail tentang duduk permasalahannya.
Sang GM menyimak penjelasannya yang disertai dengan derai air mata. Ada 3 (tiga) hal tegas yang diutarakan nya: (1) Dia suka dengan pekerjaannya sekarang dan sangat bersyukur atas keterlibatannya di program ST (Special Treatmen); (2) Dia tak ingin melawan perintah orang tua, karena hal itu tak membuat hidupnya tenang dan; (3) Dia sangat bingung antara mengikuti keinginan pribadi bertahan pada perusahaan sekarang atau pindah sesuai dengan arahan orang tuanya. Namun di kebingungan itu, dia menyatakan sudah memutuskan untuk mengikuti arahan orang tuanya..PINDAH KERJA. di tengah keraguan dan air mata yang masih terus membasahi pipinya, dia paksakan diri untuk menyerahkan surat pengunduran diri kepada sang GM.
Sang GM berempati pada situasi anak ini. Disisi lain, kebetulan manager di tempat kerja baru yang di tuju anak ini akrab dengan Sang GM. Sang GM mencoba menelepon sang manager perihal tentang peluang yang di tawarkan pada anak potensial ini dan sekaligus menelusur seberapa besar peluang berkembang di tempat yang baru. Sang GM menegaskan bahwa anak yang mereka panggil untuk ketiga kalinya ini merupakan anak potensial dan sedang berkerja di lingkungan Sang GM, namun demikian kalau memang tawarannya lebih baik, Sang GM tidak mempermasalahkan perpindahan anak ini. Setelah mendengar penjelasan lewat telepon, sang GM menyarankan untuk di fikirkan ulang dan menyarankan agar surat pengunduran diri yang belum sempat di baca Sang GM di tunda pengajuannya esok pagi.
Esok paginya, anak ini meminta izin masuk ke ruangan Sang GM dengan membawa surat yang sama seperti kemarin. Anak ini menjelaskan dia belum berhasil meyakinkan orang tuanya dengan pilihannya untuk bertahan, sehingga dia ikhlas dan mantap mengikuti saran orang tuanya...PINDAH KERJA. Sang GM menerima dan membuka surat tersebut. Setelah membaca dengan teliti, Sang GM menyarankan untuk merubah redaksi surat tersebut karena ada beberapa kalimat yang kurang tepat secara redaksional. Anak ini pun berpamitan dan berjanji akan menyerahkannya nanti siang nanti. Derai air mata tetap mengalir saat anak ini berpamitan untuk kembali ke ruang kerjanya.
Menjelang Siang, Sang GM menerima seorang tamu yang juga wakil direktur sebuah perusahaan dimana sang GM juga adalah konsultan di perusahaan itu...ternyata pada momen inilah intervensi Tuhan bermula...
Begitu Sang wakil direktur masuk ke ruang Sang GM, dia menceritakan bahwa ketika bersapa dengan anak ini di ruang tunggu ternyata anak ini adalah puteri dari partnernya dan pernah satu tim dalam program konversi gas. Sebuah kebetulan yang tepat, fikir Sang GM. Kemudian Sang GM menceritakan secara singkat tentang potensi dan dilema yang sedang dihadapi anak cerdas ini. Sang GM juga meminta tolong pada Sang Wadir untuk menelepon ayah dari anak ini. Apa yang terjadi kemudian???
Setelah sang wadir menceritakan bahwa dia juga adalah alumni (mantan manager personalia) perusahaan dimana anaknya bekerja saat ini. Sang Wadir juga menegaskan bahwa anaknya jatuh di tempat yang tepat untuk memulai karir. Mendengar penjelasan Sang Wadir , ayah anak ini berubah fikiran dan bahkan sempat mengungkapkan doa semoga karir anaknya juga akan segemilang sang wadir. Sekali lagi...ayah anak ini menegaskan bahwa setuju dan mendukung anaknya untuk tetap bekerja di perusahaan saat ini dan tidak boleh pindah kerja.
Atas kondisi ini, Sang GM mengundang anak tersebut dan kemudian meminta anak ini untuk menelepon ayahnya dihadapan Sang GM dan Sang Wadir...Sang Anak begitu kaget dan air matanya mengalir mendengar dukungan ayahnya untuk tetap bertahan dan tak perlu pindah. Air mata kesedihan itu telah berubah menjadi air mata kebahagiaan...semuah karomah yang tak bisa diduga datangnya...Intervensi Tuhan telah merubah segalanya dalam waktu hitungan detik...Subhanallah...
Setelah anak ini berpamitan dari ruang Sang GM dengan air mata bahagia, Sang GM mengatakan pada Sang Wadir...Tuhan baru saja memberi pelajaran pada kita semua bahwa ketulusan dan keikhlasan berbakti pada orang tua selalu mendatangkan barokah yang luar biasa.....
Satu hal lagi yang membuat Sang GM tertegun haru....menjelang pulang Sang GM mendapat informasi bahwa pada hari dimana barokah itu datang, anak ini sedang menjalankan puasa kamis....Subhanallah....
Thanks Untuk Staff Yang Menginspirasi....
Posting Komentar
.