"RASA IRI" TANDA TAK MAMPU....KAH?? | ARSAD CORNER

"RASA IRI" TANDA TAK MAMPU....KAH??

Kamis, 09 Desember 20100 komentar

Tulisan ini terinspirasi oleh tanya seorang kawan lewat SMS dipagi ini yang bertuliskan : "Bagaimana ya Pak caranya qt mengantasi negator2 yang ada di sekeliling qt".

Muasal Rasa Iri
Dalam bahasa narzis..iri itu sesungguhnya tanda tak mampu, namun hal ini tak mungkin dikatakan kepada orang yang mencintai sifat “ iri” (walau saya terlanjur mengatakannya). Kalau di cermati dari proses terjadinya iri, bisa jadi berawal dari keinginan atas sesuatu yang ternyata diperoleh oleh orang lain. Ironisnya lagi, rasa iri ini sering diikuti pendangan bahwa seharusnya dialah yang berhak meraihnya. Kebelum mampuan cara untuk meraihnya memang sering kali mendatangkan rasa frustasi dan menggiring fikiran berkesimpulan tak akan bisa meraihnya, Akibatnya, rasa iri menjadi kompensasi yang dimanipestasikan dalam segala ragam aksi negatif dan cenderung menjelekkan dan bahkan bisa mencelakakan orang yang di iri-in.

Adalah sebuah kebenaran kalau kehidupan di dunia ini tak mungkin menghilangkan perilaku kompetisi. Tuhan pun telah mempersilahkan manusia untuk berlomba-lomba dalam kebaikan (kalau ndak salah istilahnya ; fastabiqul khairot). Jadi Berharap ingin lebih dari yang lainnya hampir bisa dipastikan sebagai naluri dasar yang ada pada kebanyakan makhluk beridentitas manusia.

Iri Positif
Dalam kamus ke-Tuhanan, sampai detik ini memang belum saya temukan istilah “iri positif”. Ini hanya istilah bentukan atau semacam “mantik”. Iri positif sebenarnya sebuah istilah yang mengajak pada 2 (dua) hal, yaitu : (i) ikhlas dan ikut berbahagia atas keberhasilan orang lain (kawan, tetangga, sahabat dan lain sebagainya) dan; (ii) secara fair mencoba belajar atas keberhasilan orang lain.

Mungkin…pada mereka yang selalu iri positif, keberhasilan difahami sebagai akibat positif dari langkah-langkah efektif. Orang ini juga akan dengan senang hati kagum pada keberhasilan orang lain dan selalu bersemangat dan ingin belajar bagaimana orang lain mencapainya. Dia senantiasa membuka diri untuk bertanya pada siapapun. Mungkin…iri positif merupakan cerminan “spirit” untuk menggapai ragam keberhasilan yang akan dipersembahkan bagi banyak orang demi penilaian kebermanfaatan bagi manusia lainnya dimata Sang Pencipta.

Biasanya…bila orang yang punya rasa iri positif memperoleh keberhasilan, maka dia tidak akan segan-segan berbagi ilmu dan strategi kepada banyak orang, bahkan dia akan senang hati mendorong orang lain untuk berhasil juga. Dalam fikirannya tak ada rasa takut bersaing, karena keyakinan kuatnya lewat berbagi ilmu lah akan menginspirasi Tuhan untuk menambah ilmunya. Mungkin saja..pada keikhlasannya berbagi telah mendatangkan keikhlasan lainnya untuk mendo’akannya. Dengan demikian, segala upayanya telah di topang oleh orang banyak lewat doa-doa yang mengalir untuk nya.

Pensikapan Atas Lingkungan Yang Iri
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa kompetisi itu merupakan naluri kebanyakan manusia. Hanya saja, pemaknaan kompetisi menjadi penentu bagaimana seseorang mengintrepretasikan keberhasilan orang lain dan juga mengartikulasikan pencapaiannya sendiri. Dengan menyadari kompetisi adalah sebuah naluri, maka ketika menemukan orang-orang dilingkungan anda mengekspresikan ke-iri- an nya (dalam konteks negatif), menurut saya ada beberapa hal yang bisa anda coba:
1.Anda (selaku yang di iri-in) melakukan auto koreksi mengapa dia sampai begitu. Bisa jadi hal tersebut sebagai reaksi atas ekpresi pencapaian anda yang tanpa sengaja menimbulkan luka pada perasaan orang lain.
2.Anda menemuinya dan mengajak dialog dari hati ke hati dengan mengawali kalimat permohonan maaf yang tulus bila ada perkataan dan tindak tanduk anda di masa lalu yang melukai perasaannya. Selanjutnya, konfirmasi dengan bijak apakah perasaan anda (bahwa dia iri pada anda) benar-benar dia rasakan. Bisa jadi hal itu hanya perasaan anda saja. Kalau kemudian ada nuansa iri pada pencapaian anda, cobalah minta saran dan masukan sekiranya hal apa yang perlu anda benahi, hal ini sebagai cara memancing keterterbukaannya juga secara fair mengkomunikasikan keterbatasannya juga. Dengan rendah hati mulailah mengajak belajar bersama dan saling mengingatkan serta saling mendukung. Dalam proses komunikasi tersebut, tak ada salahnya anda mencoba menelusuri apakah dalam rasa iri itu benar-benar dimotivasi oleh rasa frustasi dia atas situasi. Kalau memang itu bener2 dia rasakan, hal itu merupakan peluang kebaikan yang bisa anda ambil dengan menyediakan diri untuk membantu dia dalam mewujudkan apa yang dia ingin capai sesungguhnya (sepanjang masih dalam koridor yang benar).

Saya menyadari sepenuhnya, hal ini memang tidak mudah untuk dilakukan, sebagaimana pencapaian anda pun tentu melalui kerja keras anda. Namun perlu di ingat, apapun pencapaian anda sesungguhnya tak kan mungkin terjadi tanpa keberpihakan Tuhan. Oleh karena itu, tak ada asalahnya rasa syukur diwujudkan dalam bentuk menyiapkan diri membantu teman, baik membantu membetulkan cara berfikirnya yang mungkin kurang tepat dalam menata karir atau dalam mencapai sesuatu dan atau membantu mengkomunikasikan potensi pisitifnya pada jalan yang tepat.

Selamat mencoba dan mari sama2 belajar..semoga kita mendapat keberhasilan-keberhasilan yang lebih baik dimasa mendatang serta ikhlas mempersembahkannya untuk banyak orang. Aminnnn

Terimaksih Kawan Yang Tlah Menginspirasi
Share this article :

Posting Komentar

.

 
Copyright © 2015. ARSAD CORNER - All Rights Reserved