40
(empat puluh) insan yang akrab bergumul dengan laut berkumpul di Hotel Sylvia,
Kupang, NTT (Nusa Tenggara Timur). Mereka adalah perwakilan kelompok nelayan
yang memiliki mimpi tentang masa depan melalui penyatuan potensi dan sumber
daya melalui koperasi. Lewat koperasi,
mereka ingin membangun harapan baru dan tentu juga menyelesaikan persoalan dan
hambatan para nelayan dalam menjalankan profesinya di laut.
“Berjaya
di laut dan berdaya di darat’, mungkin kalimat ini tepat menggambarkan
semangat mereka dalam berupaya menciptakan kehidupan ekonomi yang lebih baik. Sebagian mereka sudah dan sedang menjalani
fase Pra-Koperasi dan sebagian lainnya baru akan memulai fase pra-koperasi
sesudah mereka melatihkan diri membangun kebersamaan dalam kelompok-kelompok
kecil.
Sejalan
dengan itu, Kementrian Koperasi & UKM RI pun sangat mendukung dan siap
mendorong niatan kaum pelaut ini. Hal ini pula yang kemudian melatarbelakangi
di gelarnya Pendikan & Pelatihan Perkoperasian di kota Kupang ini. Melalui Kementrian
Koperasi & UKM, pemerintah ingin mendorong
akselerasi secara komprehensif dan dimulai dengan pegelaran pendidikan
perkoperasian. “Pegelaran agenda ini menjadi sangat penting, sehingga para
nelayan memiliki persepsi yang sama dan memahami bagaimana kebersamaan dalam
koperasi di kelola sehingga produktif dan berkontribusi signifikan bagi seluruh
anggotanya yang berlatarbelakang nelayan”, demikian inti dari sambutan dan arahan Ibu
Anne, salah seorang pejabat Dinkop Prop Kupang
Terlihat
mereka begitu antusias mengikuti serangkaian materi yang disajikan oleh nara
sumber yang kebetulan seorang praktisi, Muhammad Arsad Dalimunte,HC . Para
ketua kelompok ini menunjukkan kesungguhannya dengan berkomitmen bahwa “inti
sari pelatihan” ini akan di sosialisasikan dan juga diedukasikan kepada segenap
anggotanya. Mereka pun bersepakatn bahwa “pendidikan perkoperasian” menjadi
alat strategis dalam membentuk persepsi sama terhadap koperasi dan sekaligus
memantik energi setiap nelayan untuk melibat secara aktif.
“koperasi
merupakan media tepat untuk menolong diri sendiri (self help) melalui ruang kebersamaan yang didalanya terdapat
penyatuan energi dan penggabungan sumber daya. Koperasi merupakan jalan tepat
dalam men-solusikan ragam persoalan di lingkungan Nelayan melalui aksi gotong
royong dan bahu membahu. Untuk itu, “nilai tambah” sebagai kunci kelanggengan
koperasi harus mewujud secara bertahap dan berkesinambungan. Berkaitan dengan
hal tersebut, semua unsur organisasi harus menyadari bahwa membentuk dan atau
meningkatkan nilai tambah hanya bisa diraih apabila semua unsur organisasi (baca: pengurus, pengawas dan
anggota) mengambil peran dan tanggungjawab sesuai porsinya masing-masing.
Dengan kata lain, kebermanfaatan hanya hadir bila semua harus bergerak dalam
pola distribusi peran yang saling terhubung dan menguatkan. Untuk itu, setiap
nelayan harus diedukasikan apa, mengapa dan bagaimana berkoperasi sehingga setiap
orang memiliki dasar yang cukup dalam mem-persepsikan dan juga dalam mengambil
tangguhjawab proporsionalnya. Apabila kesadaran semacam ini terbangun dan
terpupuk secara terus menerus, maka tumbuhkembang “nilai tambah” atau “kebermanfaatan”
ber-koperasi akan tumbuh secara bertahap dan berkesinambungan”, demikian inti
materi yang disampaikan Bung Arsad Dalimunte, HC.
Akhirnya,
pelatihan ditutup pada jam 14.30 WITA. Dengan wajah optimis dan penuh semangat,
peserta pelatihanpun bergegas pulang karena sebentar lagi mereka akan menjalankan aktivitas rutinnya, yaitu me-laut.
Terbayang
saat para nelayan peserta pelatihan itu mengarungi laut sambil membaca print out materi pelatihan
perkoperasian di atas perahu atau kapalnya. Semoga tak ada ikan yang mengganggu
konsentrasi nelayan itu saat menyimak lembar demi lembar.


Posting Komentar
.