BAPPEDA BANYUMAS MENGGELAR FGD KLASTER EKONOMI
A. Pengantar
FGD Pengembangan
Ekonomi lokal ini di inisiasi oleh Bappeda kali ini digelar tanggal 27 Jui 2016
di Aula Bappeda Banyumas. Hadir di acara ini FEDEP (Forum Employe Development
Program), Kadin Banyumas, Cluster-Cluster Ekonomi di lingkungan Banyumas,
perwakilan BI (Bank Indonesia), Beberapa Bank Teknis dan SKPD-SKPD yang terkait
dengan pemberdayaan ekonomi dan potensi lokal.
Dalam
sambutan dan rahannya Bapak Eko, banyak aspek yang perlu diperhatikan dalam
pengembangan ekonomi wilayah. Bagaimana untuk
mengerjakan menjadi penting sehingga tepat sasaran. Apa yang dilakukan
forum ini ke depan harus berbasis pada kebutuhan lapangan sehingga bisa
mendatangkan nilai tambah bagi peningkatan ekonomi, khususnya optimalisasi
potensi ekonomi lokal. Beliau juga berharap forum-forum semacam ini efektif
menumbuhkembangkan semangat meningkatkan kinerja ekonomi yang berorientasi pada
pemberdayaan ekonomi rakyat. Sebagai auto koreksi, beliau juga menekankan pentingnya
untuk menilik sejauh mana aplikasi dari ragam program yang sudah direncanakan.
Komunikasi pemerintah dan non-goverment perlu di tingkatkan sehingga tidak
terjadi mis-komunikasi yang memperlambat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi
daerah. Untuk itu, perlu dibentuk media komunikasi yang efektif sehingga
mempermudah control dan evaluasi dari berbagai program, baik yang menjadi tugas
pemerintah maupun yang menjadi tugas masyarakat. Sinergitas perlu ditingkatkan
sehingga rakyat lebih terberdaya dan potensi daerah terkelola dengan optimal. Berkaitan
dengan cluster Atrisi, beberapa kali didatangi oleh investor. Namun demikian,
masih terdapat kesulitan komunikasi sehingga hal ini dinilai sangat menghambat
pengembangan atsiri di Banyumas. Perkembangan Cluster Batik juga perlu
ditingkatkan walau sudah mulai berkembang. Cluster Perikanan juga perlu
meningkatkan kinerjanya sehingga terbentuk siklus yang baik. Cluster Parwisata
juga dinilai masih tertinggal dengan iklim pariwisata di daerah-daerah lain.
Perlu dilakukan peng-integrasian segala potensi wisata sehingga terkomunikasi
lebih baik kepada masyarakat. Cluster gula juga perlu meningkatkan upayanya dan
jangan sampai berpuas diri dengan gula kristal. Masih luasnya potensi pasar
harus direspon dengan baik agar potensi lokal terkelola dengan baik.
B. Tentang FEDEP (Forum Economic
Developmen & Employmen Promotion)
Refius
Pradipta Setyanto,SE,MSi mewakili Prof. DR.Agus Suroso selaku ketua FEDEP mengawali
paparannya mengenai tantangan perekonomian dimasa depan yang masih penuh
ketidakpastian. Banyak hal yang terjadi begitu mendadak. Ada beberapa hal yang
menjadi catatan dan memerlukan perhatian, antara lain:
1.
Aksesibilitas antar wilayah merupakan
peluang untuk pertumbuhan.
2.
Program sektoral yang keterkaitannya tidak
terukur jelas
3.
Tax amnesty diyakini akan medorong laju
investasi.
4.
Gejolak di eropa [asca hasil referendum
dimana inggris keluar dari EU.
5.
Pereknomian tiongkok yang menurun.
6.
Ketidakpastian kenaikan suku bunga
acuan AS (Fed Fund Rate)
7.
Masih lemahnya linkage antar cluster.
8.
Sinkronisasi kebijakan pusat dan
daerah.
Selanjutnya,
beliau menyampaikan FEDEP merupakan mitra pemerintah dalam memberikan
masukan kaitannya dengan pemberdayaan ekonomi berbasis potensi lokal. Untuk
itu, FEDEP selalu aktif menggali input dari para pelaku ekonomi dan kemudian di
identifikasi menjadi potesi ekonomi lokal. Tujuan akhir dari FEDEP adalah daya
saing dan hal ini memerlukan pendekatan partisipatif yang
melibatkan stake holder secara aktif.
Dalam
aktiivitasnya, Fedep mencoba mengembangkan potensi lokal dengan pola klaster
yang kemudain dibagi menjadi 5 (lima) cluster, yaitu Cluster Atsiri, Cluster
Batik, Cluster Gula Kelapa, Cluster Perikanan dan Cluster Pariwisata. Sementara
itu, bentuk kegiatan pengembangan Cluster
secara sektoral, antara lain; (i) Pelatihan teknis dan bantuan peralatan; (2)
pameran; (3) pendampingan; (4) fasilitasi bantuan permodalan dan; (5) temu bisnis. Secara defenisi cluster
merupakan himpunan, gabungan obyek tertentu yang memiliki keserupaan atas dasar
karakteristik tertentu yang saling berhubungan secara intensif dan membentuk
partnership.
Ada
beberapa permasalahan yang menjadi
catatan FEDEP:
1.
Pola hubungan natar anggota klaster
masih dalam tataran
2.
Peran stakeholder belum optimal
3.
Belum optimalnya hubungan antar pokja
4.
Kemitraan masih bersift sporadis
Atas
hal ini, FEDEP akan melakukan:
1.
Konsolidasi antara POKJA dalam
perancangan dan pelaksanaan kegiatan
2.
Komitmen PEMKAB dalam mengakomodasi
dalam kerangka anggaran dan regulasi
3.
Action Plan
C. PAPARAN KLASTER-KLASTER
EKONOMI
untuk mendapatkan
informasi yang utuh dari masing-masing cluster, masing-masing dipersilahkan
untuk presentasi seputar capaian dan
kendala lapangan. Selanjutnya, kendala lapangan akan dijadikan bahan diskusi
bersama untuk dicarikan solusi. Solusi yang dimaksud tidak saja sebatas
pemikiran, tetapi juga mengkaji kemungkinan untuk memasukkan kedalam program
Pemkab Banyumas dan atau men-sinergikan dengan pihak-pihak lain yang
berkepentingan (stake holder).
C.1. Cluster Gula Kelapa
Presentasi
Cluster Gula Kelapa di wakili oleh Ibu Tuti. Beliau adalah Eksportir terbaik
untuk kategori UMKM di wilayah jawa tengah. Inti presentasi beliau adalah:
1.
MEA memaksa untuk siap bila tidak ingin
pasarnya diambil alih oleh lainnya.
2.
Inti bisnis ini ada pada
pengrajin/petani. Untuk itu, perlu peran pemerintah dan universitas agar para
petani bisa menyadari perlunya produk sehat, berkualitas kualitas dan proses
produksi yang hygienis.
3.
Gula kelapa Banyumas sudah mulai
diterima oleh pasar luar negeri mulai tahun 2004-an. Saat ini pangsa pasar nya
sangat bagus dan bisa dioptimalkan sepanjang standar kualitas terjaga sesuai
permintaan pasar. Vietnam dan srilangka mulai melirik pangsa pasar gula kelapa.
Mereka pun sangat concern berproses
untuk menghasilkan produk yang berkualitas.
4.
Untuk bisa tetap bersaing di dalam
negeri, berharap adanya kebijakan eksplisit bahwa gula kelapa non-PPN. Ini
persoalan yang memerlukan upaya tindak lanjut dan bantuan pemerintah dan juga
KADIN.
5.
Berharap para pelaku gula kelapa tidak
bersaing tetapi bersinergi dalam satu assosiasi. Namun, sampai saat ini masih
belum terbentuk kesadaran pentingnya bersatu. Dengan adanya assosiasi,
diharapkan akan terbentuk komitmen untuk senantiasa menjaga kualitas sehingga
kepercayaan pasar terjaga. .
6.
Berharap masing-masing pelaku konsisten
pada wilayah kerja pendampingannya sehingga terjadi pemberdayaan masyarakat.
C.2. Cluster Pariwisata
Presentasi
Cluster ini diwakili oleh Pak Kisoworo selaku ketua Pokdarwis (kelompok sadar
wisata)
Tirta Kamulyan. Pokdarwis ini sudah memiliki anggota sejumlah 100
(seratus) orang. Semua anggota melakukan distribusi peran sehingga semua
anggota bisa memperoleh pendapatan secara proporsional. Mereka mengelola potensi wisata yang dimiliki
Pemerintah Desa Karang Salam. Kemitraan mereka dengan pola sharing. Pokdarwis ini masuk menjadi harapan I saat
ikut lomba ditingkat Propinsi Jawa Tengah. Mereka menamakan obyek wisata ini
dengan dengan Wisata Curug Telu. Tingkat kunjungan rata-rata per bulan sudah
menyentuh angka 4.000 orang. Banyak paket yang mereka tawarkan seperti home
stay, live in, out bond dan lain sebagainya. Konsep edu wisata menjadi
inspirasi dari pengembangan paket-paket ini.
5
(lima) A dalam sukses wisata, yaitu :
(1) Akses/jalan; (2) Atraksi berupa tampilan yang menarik perhatian pengunjung;
(3) aktivitas; (4) amenity (kelengkapan) seperti telepon, P3K dsb dan; (5)
Akomodasi (makan, home stay). Sementara itu, indikator keberhasilan
pengembangan pariwisata dijelaskan : Tingkat kunjungan tinggi, lenght of stay,
kunjungan ulang, pembelanjaan.
Dipenghujung,
beliau menyampaikan rekomendasi bagi pengembangan wisata, yaitu : (1)
Identifikasi produk2 wisata; (2) menyusun rekomendasi kebijakan dan strategi
pengelolaan serta pengembangan wisata lokal dan; (3) menyusun dan
mengintegrasikan produk wisata lokal menjadi satu kesatuan wisata banyumas.
Beberapa
potensi yang mungkin dikembangkan : (1) Letak geografis yang strategis
menghubungkan antar wilayah dan; (2) produk lokal unggulan batik, gula kelapa,
minyak atsiri, perikanan dan pariwisata. Dalam rangka mempertahankan kualitas
air, mereka meng-intensifkan konservasi.
C.3. Cluster Batik
Presentasi
Cluster Batik diwakili oleh Mas Fauzan. Ada 7 (tujuh) kecamatan yang merupakan
sentra pengembangan batik dan terdapat 62 IKM Batik. Ada beberapa kendala, yaitu; (1) Pengadaan
bahan baku yang masih dari luar kabupaten dan; (2) Pengolahan limbah batik yang
belum sesuai dengan standar ramah lingkungan, sehingga hal ini bisa menimbulkan
persoalan di masa depan. Beliau juga menyampaikan 3 (tiga) harapan dari IKM
Batik : (1) terbentuknya koperasi batik yang menjual bahan baku prouksi batik
dengan harga yang murah; (2) batik banyumas bisa dikenal di tingkat nasional;
(3) pengadaan IPAL (Instalasai Pengolahan Air Limbah) sehingga Industri batik
dapat menjadi industri yang ramah lingkungan.
C.4. Cluster Minyak Atsiri
Presentasi
disampaikan oleh Bapak Sutrisno. Beliau mengawali presentasinya dengan keluhan
dimana masyarakat mulai tidak bersemangat dan menyebabkan hampir punah. Bahan
baku yang minim merupakan salah satu penyebabnya. penanaman lanjut yang langka
merupakan faktor lain yang mendukung kelesuan.
D. SESSION DISKUSI
Pak
Jaka selaku moderator diskusi mengawali pembukaan dengan mengingatkan bahwa ada
4 (empat) semangat yang diusung dari sesi diskusi ini, yaitu:
1.
Pro job artinya bisa menciptakan
lapangan pekerjaan baru.
2.
Pro Foor artinya bagaimana orang kaya menarik orang
miskin
3.
Pro Enivironment,
artinya tidak menimbulkan persoalan lingkungan dikemudian hari.
4.
Pro Growtth,
artinya mendorong Pertumbuhan yang bagus
dan menekan inflasi.
Beberapa
saran dan pendapat yang berkembang dalam diskusi dijabarkan sebagai berikut
:
1.
Umum
- Perlu
survey langsung sehingga bisa menyerap informasi lapangan seutuhnya dan ini
bisa dijadikan sebagai inspirasi dalam mendesign regulasi.
- Perlu
monitoring cluster-cluster sehingga cepat diketahui kendala-kendala
lapangan dan sekaligus dicarikan solusinya.
- Dinkes
Banyumas memberikan izin IRT secara gratis dan didahului dengan pemberian
PKP (Pelatihan Keamanan Pangan).
- Faktor
regulasi juga perlu menjadi perhatian sehingga
mendorong semangat masyarakat untuk terus mengembangkan.
- Sinkronisasi
antar cluster perlu dilakukan sehingga akan melahirkan lompatan manfaat.
- Perlu
adanya konsep promosi daerah yang ter-integrasi dari semua SKPD.
2.
Cluster Batik
- Ada saran
untuk selalu berinovasi dan berkoordinasi diantara anggota cluster
sehingga menghasilkan sinergitas. Hospitality in business perlu
terus dikembangkan sehingga melahirkan loyal customer.
- Regenerasi.Ada yang menjadi catatan
bahwa pelaku batik rata-rata berusia lebih dari 50 tahun, sehingga hal ini
berpotensi kepunahan bagi Batik Banyumas. Kondisi ini menjadi inspirasi
pembentukan kelompok-kelompok anak muda yang kemudian beberapa waktu
kemudian keluar sebagai pemenang dan mendapat penghargaan dari presiden. Capaian
ini menginspirasi kesimpulan bahwa sesungguhnya batik Banyumas sangat
potensial di kembangkan, baik secara mandiri maupun melalui sinergitas
antar pelaku maupun cluster.
3.
Cluster Pariwisata
- Infrastruktur
perlu dibenahi guna meningkatkan akses terhadap destinasi wisata.
- Perlu
pendamping pembangunan Desa Wisata yang akan fokus
pada identifikasi potensi, packaging dan marketing.
- Perlu ada
regenerasi pelaku pariwisata sehingga kaum muda tidak saja menjadi
penikmat, tetapi menjadi kreator pengembangan pariwisata Banyumas.
- Distribusi
pendapatan dengan agen-agen wisata perlu menjadi perhatian sehingga
mendorong mereka untuk ikut mempromosikan banyumas sebagai destinasi
wisata yang menarik.
- Potensi
pariwisata itu ada yang diciptakan dan ada yang merupakan anugerah dari
Tuhan. Obyek-obyek wiasata yang merupakan anugerah ini harus dikelola
dengan bijak sehingga tidak menimbulkan persoalan sosial di kemudian hari.
4.
Cluster Gula Kelapa
a.
Perlu menyadarkan industri rumah tangga
agar tidak menggunakan bahan-bahan kimia yang merusak kualitas produk. Hal ini
belajar dari kejatuhan obat-obatan tradisional Banyumas akibat dari masuknya
campuran kimia yang mengancam kesehatan.
b.
Perlu adanya kebijakan Pemkab Banyumas
berupa pelarangan penggunaan “natrium bisulfit” yang membuat
produk gula kelapa menjadi kurang aman di konsumsi.
E. PENDAPAT KADIN BANYUMAS
a.
Kadin Banyumas meng-apresiasi capaian cluster-cluster.
Capaian-capaian ini sebagai inspirasi meningkatkan capaian-capaian
berikutnya.
b.
Penyatuan potensi adalah isu yang harus
dimobilisasi sehingga terjadi sinergitas produktif baik di sesama anggta
klaster maupun antar klaster. “Potensi nilai tambah ekonomis” harus
dideteksi sehingga setiap orang memiliki harapan yang jelas dari pembangunan
kebersamaan. Dengan demikian, setiap orang akan menjaga kepentingannya dan
otomatis juga akan ikut aktif menjaga dan menumbuhkembangkan kebersamaan itu
sendiri.
c. Untuk agenda penyatuan ini, Sebagai
awalan, perlu diwujudkan dalam bentuk assosiasi sehingga terjadi interaksi yang
intensif. Agenda-agenda yang digelar dalam wadah assosiasi ini bisa sharing
informasi dan saling mempelajari kemungkinan-kemungkinan meningkatkan interaksi
kedalam kebersamaan mutualisme.
Posting Komentar
.